Imaji Dalam Puisi


Imaji Dalam Puisi

Cipta rasa yang unik dan mendalam pada puisi, membuat puisi memiliki perhatian tersendiri di kalangan penikmatnya.

Dengan imaji, puisi terasa begitu mendalam saat dibaca/didengarkan dengan pemahaman lebih dan bermakna. Masing-masing penulis/pengarang punya kepiawaian tersendiri dalam menggunakan imaji/citraan untuk menyampaikan puisinya.

Berikut ini macam imaji/citraan yang digunakan dalam puisi, beserta contoh larik-larik puisi yang terkait:
imaji dalam puisi via playbuzz.com
1.   Imaji Penglihatan (Visual Imegery)
Imaji/citraan penglihatan adalah citraan yang disusun oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini acap kali digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan dan dituliskan dalam kata-kata, sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:

Ada burung dua, jantan dan betina
Hinggap di dahan.
Ada daun dua, tidak jantan tidak betina
Gurur dari dahan.
(WS. Rendra, Stanza)

2.   Imaji Pendengaran (Auditory Imagery)
Imaji/citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menuliskan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya kata (diksi) denting, dendang, dentum, redam, sepoi, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:

Angin akan kembali dari bukit-bukit, menyongsong malam hari
Angin yang tidur siang hari, yang kedengaran membetul-betulkan kemarau
Angin yang tahu, seperti engkau, ke mana arah musim ini mati
Ke laut: membujuk-bukuk nelayan. Suara yang lirih sekali.
(Abduk hadi, Prelude)

3.   Imaji Perabaan (Tactile Imagery)
Perabaan adalah imaji/citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, halus, kasar, dan lain sebagainya.
Contoh:

Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)

4.  Imaji Penciuman (Olfactory)
Imaji/citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:

Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)

5.   Imaji Pencecapan (Gustatory)
Imaji/citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:

Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)

6.   Imaji Gerak (Kinaesthetic Imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:

Perahu-perahu nelayan
keluar dari perkampungan
Panji-panji berkibaran
bersama angin pegunungan
 
Ke sana kita pun berlayan
(Linus AG, Berlayar)

Selain imaji/citraan di atas, yang telah diuraikan dalam lanjutan pembahasan cara membuat puisi dan contoh puisi, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis imaji/citraan lain, yaitu:

1.   Imaji Perasaan
Imaji/citraan Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:

Sementara kau akan tetap jalan
(seperti kenyataan). Sampai pada giliran.
Mengaku, tiap kali daun jatuh di rambutmu:
“Ternyata kenangan hanya perkara yang lucu.”
(Goenawan Mohamad)

2.   Imaji Intelektual
Imaji/citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:

Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)

Macam imaji/citraan keseluruhan ada depalan. Sobat muda lebih sering menggunakan imaji/citraa yang mana? Tentu itu tergantung apa yang ingin dituliskan oleh sobat muda, apa yang sobat muda anggap sebagai imaji/citraan yang mampu menyampaikan makna secara tepat.

Seperti puisi saya sajak-sajak pendekbuat D. P yang menggunakan kental menggunakan imaji/citraan penglihatan dan pendengaran. Atau seperti puisi karangan berikut ini:

LAGU DALAM HUJAN
 
Merdunya dan merdunya
Suara hujan
Gempita pohon-pohonan
Menerima serakan
Sayap-sayap burung
 
Merdunya dan merdunya
Seakan busuk akar pohonan
Menggema dan segar kembali
Seakan busukan daungladiola
Menyanyi dalam langsai-langsai pelangi biru
Memintas-mintas cuaca
 
Merdunya dan merdunya
Nasib yang bergerak
Jiwa yang bertempur
Gempita bumi
Menerima hembusan
Sayap-sayap kata
 
Ya, seakan merdunya suara hujan
Yang telah menjadi kebiasaan alam
Bergerak atau bergolak dan bangkit
Berubah dan berpindah dalam pendaran warna-warni
Melintas dan melewat dalam dingin dan panas
 
Merdunya dan merdunya
Merdu yang tiada bosan-bosannya
Melulung dan tiada kembali
Seakan-akan memijar api
 
1970
Abdul Hadi


Sumber:
·         https://kelasmayaku.wordpress.com/2011/02/09/citraan-dalam-puisi/
·         Manuskrip Buku Pusi, DKJ 2015


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 komentar

komentar
4 Juni 2016 pukul 12.38 delete

Jika seoarang penulis puisi mempunyai kemampuan imaji yang baik, maka karya yang dihasilkan juga akan baik.

Reply
avatar
4 Juni 2016 pukul 20.31 delete

begitulah tujuan pembahasan ini, semoga membantu.

Reply
avatar

silakan berkomentar dengan santun, inspiratif dan tidak mengandung SARA...mari saling menginspirasi