Sebuah Cerita Menunggu Pagi


Sebuah Cerita Menunggu Pagi
sebuah cerita menunggu pagi via apod-id.com
Cobalah lihat dirimu. Sendiri.

Cobalah menjadi aku.

Aku telah berjalan ke sana-ke sini. Aku telah berjalan demikian jauh

Tapi aku tak merasakan apa-apa. Aku tak merasakannya

Aku hanya ingin tenang, dan menikmati.

Tapi aku tak tahu ingin menikmati apa.

Aku hanya berada dalam mimpiku.

Aku berbicara.

Aku terdiam, aku menari, aku bernyanyi. Tapi tak ada apa-apa

Sebenarnya, aku tak suka berdiam diri terlalu lama.

Sebab aku mudah terlihat bodoh.

Ah, aku bosan sekali.

Padahal aku sedang mendampa bertukar cerita.

Tapi tak ada siapa.

Seorang pendengar ternyata lebih dibutuhkan.

Daripada petuah.

Aku sedang ingin merasa kantuk.

Tapi malam panjang.

Dan aku duduk.

Bagaimana hari menjadi musim?

Bagaimana aku harus bersembunyi?

Pelan saja. Sedikit saja.

Sisakan cerita untukku.

Aku sedang ingin berdiam.

Aku sedang ingin terlelap dalam buaian.

Aku sedang ingin bergegas.

Entah ke mana dan  bagaimana,

Aku hanya berpikir aku ada.

Aku hanya berpikir kita.

Tapi tak ada siapa

bahkan rupaku.

Seakan tak kulihat.

Aku hanya sebentuk ruh.

Melayang ke sana-sini.

Sembari menunggu ajal.

Tapi tetap tak ada yang menangisiku.

Sial betul.

Ah, baiklah aku di sini saja.

Terjaga sepanjang usia.

Memainkan peran yang biasa.

Meskipun itu bukan peran yang biasa.

Aku tahu aku lelah.

Aku tahu aku gundah.

Tapi aku lebih tahu, aku terlalu payah.

Berapa banyak yang telah tiada?

Berapa kenang yang berganti begitu saja.

Pernahkah air mata terulang?

Ah, aku sedang ingin bercanda.

Kepada angin.

Kepada dingin.

Kepada segala cuaca.

Dan ingin.

Aku terjaga.

Aku berharap tak ada siapa.

Ternyata lebih istimewa. Terkadang

Segalanya perlu waktu yang tak sebentar.

Aku masih merenung.

Aku masih melamun.

Aku masih menunggu.

Aku masih di sini.

Aku masih ingin ke sana-sini.

Aku masih terasing.

Aku masih tak suka bising.

Aku masih setia memeluk angin.

Tak ada kesempatan untuk berharap.

Tak ada kesempatan untuk melihat.

Ini, kesekian kali aku merasa payah.

Tidak, aku tidak merasa.

Aku begitu saja lelah.

Dan menyerah.




Dan pagi, baru saja tiba.

Share this

Related Posts

Latest
Previous
Next Post »

silakan berkomentar dengan santun, inspiratif dan tidak mengandung SARA...mari saling menginspirasi