Memahami Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia


Memahami Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia

Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia via zakiiaydia.com
****
Masalah periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperhatikan oleh Ajib Rosidi (1968). Secara garis besar sebagai berikut:

1. Masa kelahiran atau Masa Kebangkitan (1900-1945) dapat dibagi lagi menjadi beberapa periode, yaitu
a.       Periode awal hingga 1933 (persoaan adat yang sedang menghadapi kulturasi).
b.      Periode 1933-1942 (pencarian tempat di tengah pertarungan kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantis-idealis).
c.       Periode 1942-1945 (pendudukan Jepang; pelarian, kegelisahan, dan peralihan).

2. Masa Perkembangan (1945-1968) yang dapat dibagi-bagi menjadi beberapa periode, yaitu
a.     Periode 1945-1953 (pernyataan diri di tengah kebudayaan dunia).
b.    Periode 1953-1961 (pencarian identitas, sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur).
c.     Periode 1961-1968 (perlawanan dan perjuangan mempertahankan martabat.

Pantaslah dicatat pernyataan Ajib Rosidi dalam artikel “Masalah Angkatan dan Periodisai Sejarah Sastra Indonesia” (1973) bahwa pembabakan waktu antara satu periode dengan periode berikutnya karena sejarah sastra Indonesia sendiri masih pendek, yaitu baru kurang lebih setengah abad saja. Kemudian ditegaskan Ajib sebagai berikut:

Kemudian sejarah sastra Indonesia sudah mencapai usia ratusan tahun mungkin perbedaan-perbedaan kecil yang sekrang tampak dan menjadi alasan pembabakan waktu baru itu tidak kelihatan dan keseluruhan waktu yang setengah abad itu tidak mustahil hanya menjadi dua periode saja, yaitu periode awal abad sampai 1945 dan periode sesudah 1945 sampai selanjutnya.

Adapun periodisasi Jakob Sumardjo sebagaimana terbaca pada bagian Pendahuluan Lintasan Sejarah Sastra Indonesia 1 (Sumardjo: 1992). Pada kenyataannya telah tercatat lima angkatan yang muncul dengan rentang waktu 10-15 tahun sehingga dapat disusun periodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai berikut:

1.      Sastra Awal (1990-an),
2.      Sastra Balai Pustaka (1920-1942),
3.      Sastra Pujangga Baru (1930-1942),
4.      Sastra Anggkatan 45 (1942-1955),
5.      Sastra Generasi Kisah (1955-1965), dan
6.      Sastra Generasi Horison (1966-).

Setelah meninjau periodisasi sejarah Indonesia dari H.B. Jassin, Boejoeng Saleh, Nugroho Notosusanto, Bakri Siregar, dan Ajib Rosidi, maka tawaran Rachmat Djoko Pradopo mengenani periodisasi sejarah sastra Indonesia adalah sebagai berikut:

1.      Periode Balai pustaka: 1920-1940,
2.      Periode Pujangga Baru: 1930-1945,
3.      Periode Anggkatan 45: 1940-1955,
4.      Periode Anggkatan 50: 1950-1970, dan
5.      Periode Anggkatan 70: 1965-sekarang

Kesusastraan Indonesia hendaknya dipandang sebagai perwujudan kultur bangsa yang berkesinambungan dari masa ke masa; atau dengan kata lain, semangatnya tidak tampak terputus dari tradisi sastra zaman-zaman yang silam, baik lisan maupun tulisan.

Sedangkan perkembangan sastra Indonesia dari tahun 1970-an hingga sekarang telah memperlihatkan banyak perkembangan dan persoalan. Geger politik dan tragedi nasional 30 September 1945 peristiwa yang sampai sekarang memikat perhatian para ahli sejarah dan politik. Geger politik itu telah memisahkan zaman orde lama yang dinilai serba kacau atau tidak demokratis dengan orde baru yang menjanjikan. Namun, ternyata orde baru juga kacau, bahkan lebih  parah dan dirasakan terjadi pemasungan kreativitas.

Reformasi politik Mei 1998 dapat dipandang sebagai klimaks kehendak masyarakat untuk memperoleh kehidupan sosial, politik, budaya yang lebih demokratis. Akan tetapi sampai sekarang pun masih demikian timpang; antara yang sini, yang sana, yang situ dan yang tak berpihak.  

Setelah masa-masa pergolakan itu. Sastra Indonesia kemudian tumbuh. Meskipun umurnya terbilang muda, namun sastra kita, misalnya puisi kita kini lebih bebas berekspresi.

Pada tahun 2002 Korrie Layun Rampan mengajukkan wacana tentang lahirnya sastrawan angkatan 2000. Beberapa penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra yang mulai menulis 1980-an, 1990-an turut dimasukkan ke dalam angkatan 2000.

Dengan dasar pemikiran itu, ketiga momentum besar tersebut dapat dipergunakan sebagai tonggak-tonggak pembagian waktu sejarah sastra Indonesia sehingga muncul format baru, yaitu (1) masa pertumbuhan atau kebangkitan (1900-1945), (2) masa revolusi atau pergolakan (1945-1965), masa pemapanan (1965-1988), dan masa pembebasan (2000-sekarang).

Setelah itu disusun sedemikian padu, sehingga termuat di wikipedia yang diberi judul sastra Indonesia. Dan berikut ini periodisasi sastra Indonesia:

1.      Angkatan Punjangga Lama
2.      Angkatan Sastra Melayu Lama
3.      Periode Balai pustaka: 1920-1940,
4.      Periode Pujangga Baru: 1930-1945,
5.      Periode Anggkatan 45: 1940-1955,
6.      Periode Anggkatan 50: 1950-1970,
7.      Periode Anggkatan 70: 1970-1980
8.      Periode Anggkatan 80: 1980-2000, dan
9.      Periode Anggkatan 2000: 2000-sekarang

Demikianlah sejarah sastra Indonesia dan Periodisasinya saya bahas. Sedianya sastra Indonesia senantiasa memberi hiburan. Hiburan yang tentu juga memberikan pelajaran kehidupan.

Salam hangat.
Kurapikasoka.





Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

komentar
Anonim
29 Mei 2016 pukul 12.28 delete

Wow mantap buat tugas ane nih, btw templatenya bagus gan

Reply
avatar

silakan berkomentar dengan santun, inspiratif dan tidak mengandung SARA...mari saling menginspirasi