penentuan kalimat


Penentuan Kalimat
penentuan kalimat via blog.unnes.ac.id
Kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.

Bahasa umumnya terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Satuan fonologik meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan gramatik meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.

Kalimat ada yang terdiri dari satu kata, misalnya Ah!; kemarin; ada yang terdiri dari dua kata; misalnnya itu toko; ia pedagang; ada yang terdiri dari tiga kata; misalnya ia belajar menulis; kakak akan pergi; dan ada yang terdiri dari empat, lima, enam kata dan seterusnya.

Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukannya banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Seperti contoh berikut ini:

Beberapa hari bapak hanya termangu-mangu saja. Ia tidak berangkat ke kantor, juga tidak lagi mengcangkul di ladang. Untunglah, ibu tidak berlari-lari. Ibu hanya diam di rumah saja, hanya kadang-kadang tertwa atau menangis. Ah, ibu. Badanku menjadi kurus. Sudah tiga hari aku tidak masuk sekolah.  Ocehan kawan-kawan sangat menyayat hatiku. Rupanya berita ini sudah sampai pula ke sekolahku.

Kalimat Berklausa dan Kalimat Tak Berklausa

Kalimat Tadi pagi pegawai itu terlambat terdiri dari satu klausa, berbeda dengan kalimat Selamat malam!, yang terdiri dari satuan yang bukan klausa. Demikianlah, berdasarkan unsurnya, kalimat dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kalimat berklausa dan kalimat tak berklausa.

Kalimat berklausa ialah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa klausa. Dalam tulisan ini klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat, disertai objek, pelengkap, dan keterangan atau tidak. Dengan ringkas, klausa ialah Subjek/S Predikat/P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, maksudnya boleh ada, boleh tidak.
Contoh:

(2) Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.

(3) Bapak Gubernur besok pagi akan ke Jakarta.

(4) Perasaan ini timbul dengan tiba-tiba tatkala kereta api mulai memasuki daerah perbatasan.  
artikel terkait: membuat kalimat efektif 

Kalimat (2) terdiri dari klausa lembaga itu menerbitkan majalah sastra, yang terdiri dari Subjek (S): lembaga itu, Predikat (P): menerbitkan, dan Objek: majalah sastra;

Kalimat (3) terdiri dari klausa Bapak Gubernur besok pagi akan ke Jakarta, yang terdiri dari Subjek (S): Bapak Gubernur, Keterangan (KET): Besok Pagi, Predikat (P): akan ke Jakarta;

Kalimat (4) terdiri dari dua klausa, yaitu perasaan ini timbul dengan tiba-tiba sebagai klausa pertama, dan kereta api mulai memasuki daerah perbatasan sebagai klausa kedua

Kalimat Berita, Kalimat Tanya, dan Kalimat Suruh

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat dapat digolongkan menjadi tiga golongan, ialah kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.

Kalimat Berita

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian.

Kalimat berita memiliki pola intonasi yang disebut pola intonasi berita, yaitu [2] 3 // [2] 3 1 # dan [2] 3 // [2] 3 # apabila Predikatnya (P) terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakangnya bervokal /ǝ/, seperti kata keras, cepat, kering, tepung, bekerja. Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, kata-kata ajakkan seperti mari, ayo, kata persilahan (silahkan), serta kata larangan (jangan). Misalnya:

(5) Menurut ilmu sosial konflik dapat terjadi karena penemuan-penemuan baru.

(6) Jalan itu sangat gelap.

(7) Belajarlah mereka dengan tekun.

Kalimat (5), (6), dan (7) termasuk golongan kalimat berita karena ketiganya mempunyai intonasi bertia dan dalam ketiga kalimat itu tidak terdapat kata-kata tanya, ajakan, persilahan dan larangan.

Kalimat Engkau harus berangkat sekarang juga, sekalipun tanggapan yang diharapkan oleh penuturnya erupa tindakan, namun kalimat tersebut termasuk golongan kalimat berita mengingat ciri-ciri formalnya yang berupa pola intonasi berita dan tak adanya kata-kata tanya, ajakan, persilahan, dan larangan.

Demikianlah pula kalimat Saya minta, engkau berangkat sekarang ini juga yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dan yang berdasarkan maknanya menyatakan suatu permintaan, di sini termasuk golongan kalimat berita memiliki ciri-ciri formal kalimat berita.

Kalimat Tanya

Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi kalimat berita. Pola intonasinya, ialah [2] 3 // [2] 3 2 #. Di sini pola intonasi kalimat tanya itu digambarkan dengan tanda tanya, misalnya:

(8) Ibu pergi?

(9) Adik-adik sudah makan?

Atau bisa juga dengan menambahkan kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah. Misalnya:

(10) Pergikah ibu?

(11) Sudah bangunkah adik-adik?

Kalimat-kalimat tanya di atas hanya memerlukan jawaban yang mengiyakan atau menidakkan. Di samping itu,  terdapat kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang memberi penjelasan. Yaitu kalimat tanya dengan menggunakan kata-kata: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila dan berapa.
Contoh:

(12) Apa pekerjaan ayahmu sekarang?

(13) Siapa juara kelas yang baik hati itu?

(14) bagaimana keadaan adik-adik sepeninggalan ibu?

Demikianlah, fungsi kata-kata tanya itu ditentukan berdasarkan kemungkinan kalimat jawabannya.

Kalimat Suruh

Berdasarkan fungsi dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak bicara. Pola intonasinya, yaitu 2 3 # atau 2 3 2 #. Misalnya:

(15) Pergi!

(16) Masuklah!

(17) Baca buku itu!

(18) Berangkatlah sekarang juga!

Berdasarkan strukturnya kalimat suruh dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu
1.      Kalimat suruh yang sebenenarnya
Contoh: Pergi!

2.      Kalimat persilahan
Silakan Tuan duduk di sini!

3.      Kalimat ajakan
Mari kita berangkat sekarang!

4.      Kaliamat larangan.
Jangan suka menyakiti hati orang!


Demikianlah sobat muda, pembahasan tentang penentu kalimat. Kiranya bisa bermanfaat sebagai dasar dari pengembangan kalimat sampai menjadi wacana yang penuh makna, atau sebagainya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

silakan berkomentar dengan santun, inspiratif dan tidak mengandung SARA...mari saling menginspirasi