Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

7 Manfaat Menulis yang Menginspirasi Orang Lain Untuk Menulis

7 Manfaat Menulis yang Menginspirasi Orang Lain Untuk Menulis

manfaat menulis via blogekstra.com
Sobat muda, sebagaimana mulanya tujuan saya membuat blog ini, saya ingin membagi pengalaman, pengetahuan, dan berusaha untuk terus saling menginspirasi.

Kegitan tulis-menulis memerlukan serangkaian kerja yang bukan remeh, tapi bukan pula berat. Tulis-menulis selayaknya dilakukan dengan santai, nyaman, dan suasana menyenangkan.

Kepaduan bahan dan daya pikir kita harus sejalan. Atau paling tidak kita terbiasa memperluas atau mengembangkan suatu gagasan yang dianggap perlu dibahas dan memiliki banyak manfaatnya. Entah itu menulis artikel, puisi, cerpen, novel, karya ilmiah dan sebagainya.

Seorang penulis tentu memahami kode etik menulis. Artinya, ia tahu posisinya sebagai penulis. Ia tahu bahwa ada beberapa hal yang perlu disampaikan, dan ia pun harus mengetahui bagaimana menyampaikannya.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer.

Ungkapan Mas Pram seakan bisa dijadikan pedoman menulis, seakan menyulut titik sadar kita. Titik di mana kita tak mempedulikan kepentingan yang nyatanya penting. Pada zamannya, menulis bukanlah hal yang banyak peminatnya. Pramoedya menjadi prionir dalam menulis ketika itu. Bahkan beliau sampai-sampai dipenjara karena menulis. Akibat karyanya yang dianggap melawan pemerintah ketika itu. Tapi di dalam bui, bukannya jera, beliau malah makin produktif menulis. Banyak karya-karyanya yang hingga kini masih dibacakan dan diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.

Dari serangkaian penjelasan di atas, kita dapat memahami pentingnya menulis. Untuk itu berikut poin-poin (tujuh) manfaat menulis yang perlu kita ketahui:

1.      Mendapatkan pahala
Menulis seperti halnya beribadah. Bila niat kita menulis untuk membagikan pengetahuan, alangkah mulianya. Kita bisa mendapatkan ganjaran pahala, dan pahala dunia yang mungkin juga memiliki arti. Sebag ilmu yang dipendam sendiri bisa membawa petaka bagi pemiliknya. Alangkah disayangkan.

2.      Membiasakan pola pikir kreatif
Kegiatan menulis (seperti yang sudah dijelaskan di atas) memainkan peran penting dalam kinerja otak kita. Otak seorang penulis umumnya lebih terkonsep dalam melakukan suatu hal dan menghadapi suatu masalah. Mendidik kemampuan pengetahuan sekaligus membiasakannya.

3.      Menginspirasi orang lain
Dengan pengaruh kita menulis secara persuasif. Tulisan/karya kita yang telah terbit bisa menjadikan orang lain lebih menghargai hidup mereka. Barangkali juga menginspirasi untuk melakukan kegiatan yang lebih berguna daripada membuang-buang waktu.

4.      Meneruskan sejarah
Bahan yang digunakan dalam menulis adalah sejarah yang perlu diteruskan dan disebarluaskan. Misalnya kemahiran mas Pram dalam menulis. Kita sadar menulis bukanlah kegiatan yang sia-sia. Tapi untuk memulainya harus memahami kriteria tulisan yang kita kuasai. Sejarah jelas membantu hal ini.

5.      Menghibur
Media biasanya berperan dalam mengisi, membangun, mengolah informasi lewat rangkaian cerita, berita, dan sederet kemampuan yang membuat kita terhibur. Pesan yang bertolak dari opini lebih sering memainkan keberhasilan tulisan.

6.      Stimulus kehidupan
Artinya, menulis mendorong pembaca untuk melanjutkan informasi yang didapat dari tulisan (suatu karya) dengan keingintahuannya akan informasi tersebut. Keingintahuan ini merupakan stimulus kehidupan untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan pola kehidupan yang dipilih masing-masing individu.

7.      Memaknai kehidupan
Kehidupan yang singkat ini bila tak memiliki sebuah peran apalah gunanya. Makna hidup seseorang memang tidak ditentukan oleh bisa atau tidaknya membuat karya tulis/karya lainnya. Namun, menulis membantu kita menyadari makna kehidupan yang sejati. Makna berbagi, saling mengisi, menanggulangi, dan sebagainya.

Demikianlah pembahasan saya yang sederhana ini, tapi mudah-mudahan kaya akan manfaat. Kiranya bisa ditambahkan jika berkenan, atau pun dikoreksi.

Kebahagian saya ketika menuliskan ini luar biasa. Menulis memang mengasikkan. Sobat muda teruslah menulis. Teruslah memaknai hidup ini.

Salam inspirasi





  

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Ramadhan bulan penuh berkah via aingbudakcimohai.blogspot.com

Sobat muda, akhirnya kita berjumpa lagi di bulan penuh berkah ini, bulan Ramadhan. Bulan di mana segala amalan dilipat gandakan pahalanya. Bulan penuh rahmat. Bulan penuh kasih sayang. Bulan penuh ampunan dan berbagai kenikmatan lainnya.

Keistimewaan bulan Ramadhan membuat para muslimin dan muslimah saling berlomba-lomba dalam mengerjakan perintah-Nya.

Sebagaimana firman-Nya:
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadaNya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Bulan Ramadhan hanya ada sekali selama setahun, yang artinya, kita mesti memanfaatkan dan menyadarkan diri sendiri akan keutamaan beribadah di bulan ini. Tapi bukan berarti di bulan-bulan sebelum Ramadan atau setelahnya kita tidak melaksanakan kewajiban kita.

Bulan Ramadhan identik dengan keutamaan menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Puasa merupakan salah satu rukun Islam dan setiap umat Islam wajib menjalankannya. Di mana kita menjaga atau menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang selama berpuasa; makan, minum, muntah secara disengaja, melakukan hubungan suami istri, dan berbagai larangan lainnya, selama terbit fajar hingga matahari tenggelam.

Sebagai pengingat, keutamaan bulan Ramadhan dijelaskan dalam Al-Quran:

“Bulan Ramadhan adalah bulan bulan diturunkannya Al Qur’an. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (QS. Al Baqarah: 185)

Al Baqarah ayat 183, yang membahas tentang ibadah puasa. Firman Allah tersebut berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Selain itu berbagai hadist juga menjelaskan pentingnya berpuasa, salah satunya hadist shahih berikut. Di mana puasa pada bulan Ramadan sebab terhapusnya dosa-dosa yang lampau sebelum Ramadan jika menjauhi dosa-dosa besar. Sebagaimana terdapat riwayat dalam shahih Muslim, no. 233, sesungguhnya Nabi Sallallahu’Alaihi Wasallam bersabda:

Dari shalat (ke shalat) yang lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at, dari Ramadan ke Ramadhan, semua itu dapat menghapuskan (dosa-dosa) di antara waktu tersebut, jika menjauhi dosa-dosa besar.”

Di samping beberap keutamaan yang sudah dijelaskan (sebagai pengingat) di atas, ada satu lagi keutamaan yang juga perlu disadari dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, yaitu keutamaan memaafkna sesama.

Oleh sebab itu, penulis meminta maaf dan memohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya bila ada kata, penyampaian, dan berbagai hal kesalahan yang saya perbuat. Saya hanya manusia biasa, tidak luput dari kesalahan.

Semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa ini dengan sungguh-sungguh dan hanya semata mengharapkan ridho Allah S.W.T.

Wallahu A'lam Bishawab


Mei, Mengingat Sebuah Nama: Wiji Thukul


Mei, Mengingat Sebuah Nama: Wiji Thukul

Wiji Thukul
Pria kelahiran Surakarta, 26 Agustus 1963 itu semangatnya terasa kekal di hati rakyat Indonesia. Meski pun ia pergi dengan tergesa, pergi tanpa kabar, tanpa kejelasan.

Wiji Thukul dikenal sebagai penyair realisme sosial, pembela rakyat. Ia penyair yang sederhana tapi punya semangat juang yang luar biasa. Oleh sebab itu, ia memperoleh penghargaan Wertheim Encourage Award yang pertama pada tahun 1991 bersama penyair WS Rendra. Penghargaan ini dibuat sebagai penghormatan pada sosiologi Belanda Willem Frderik Wertheim, yang antikolonialisme dan antipati terhadap Soeharto.

Keberanian membela rakyat jelata membuat Wiji Thukul dianggap orang berbahaya oleh pemerintah Orde Baru. Wiji Thukul pun menjadi korban penculikan, bersama beberapa rekan seperjuangannya yang hingga kini tidak diketahui nasibnya. Situasi politik saat itu sangat repsesif, kekacauan terjadi di mana-mana banyak korban jiwa berjatuhan, puncaknya di Jakarta.

Menghilangnya Wiji Thukul disadari oleh rekan-rekannya. Berikut kesaksian rekan seperjuangannya:

Seorang rekannya mengatakan:

“Saya kehilangan kontak dengan Wiji Thukul pada masa itu. Ia menghilang, tak berkoordinasi. Saya kira, hal ini wajar terjadi. Ini pengalaman pertama kami menerima serangan cukup besar dai pemerintah. Saya tak yakin kawan-kawan di daerah punya kesiapan baik. Jadi, Thukul memutuskan menyelamatkan diri dulu sambil membangun kontak kembali.”

“Thukul pun kembali dan ia diminta membantu kawan-kawan di Jakarta.Tapi pada November 1997, Thukul minta izin untuk pulang ke Solo. Ia berjanji akan menghubungi seminggu kemudian. Janji tersebut tidak dipenuhinya. Itulah kontak terakhir saya dengan Thukul.”
“Terakhir kali saya ketemu dia Desember 1997, ” kata Jaap Erkelens (teman baik Wiji Thukul). Namun, sejumlah orang masih melihatnya di Jakarta pada April 1998.
“Pada Mei 1998, ia benar-benar menghilang,” Lanjut Enkelens.
Mbok Pon juga terakhir bertemu Thukul pada akhir 1997. “Waktu itu Desember, mau ulang tahun anaknya Fajar,” katanya kepada Erkelens.

Pada akhirnya, Mei 1998, Soeharto turun dari tahta. Upaya pencarian orang hilang terus dilakukan. Namun, selama beberapa tahun berjalan belum ada titik terang. Sejumlah anggota khusus yang bertugas kala itu telah diadili.

Seperti yang sudah-sudah: keadailan disamarkan. Padahal Mei telah membuktikan banyak korban berjatuhan. Politik? Apakah ini yang dihasilkan oleh politik? Apa yang membahagiakan? Mei menjelaskan (hingga kini) Pemerintah hanya untuk kelompok-kelompok tertentu. Rakyat cuma berteriak, kadang menggangung, ada yang diam, dan membiarkan. Pikirnya, mungkin; “Toh masih ada hukum akhirat, yang tak bisa disamarkan.”

Untuk selalu mengingat Wiji Thukul, berikut dua karya pilihan puisinya:

MENDONGKEL ORANG-ORANG PINTAR

Kudongkel keluar
orang-orang pintar
dari dalam kepalaku

Aku tak tegetar lagi
oleh mulut orang-orang pintar
yang bersemangat ketika berbicara

Dunia bergerak bukan karena omongan

Para pembicara dalam ruang seminar
yang ucapnya dimuat
di halaman surat kabar
mungkin pembaca terkagum-kagum
tapi dunia tak bergerak
setelah surat kabar itu dilipat

Kampung halaman, Solo 8 September 1993


PERINGATAN

Jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi
dan bisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat tdak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

Solo, 1986


Sumber: Wiji Thukul. Aku Ingin Jadi Peluru: Ketika Rakyat Pergi. Magelang:
              IndonesiaTera, 2000